Senin, 27 Juni 2016

Supply Chain Management Assignment

Name                           : Rieda Andini Yulianti
Number of Student       : 223414016

D3 MLM 2014


PT Lookman Djaja, through its subsidiary Lookman Djaja Land, quickly build an integrated railway logistics area in Karawang, West Java area of ​​35 hectares in mid-2016.
Kyatmaja Lookman, President Director of PT Lookman Djaja, planned procession groundbreaking or groundbreaking logistics facilities and train (KA) in Karawang it in June or July 2016.
"We plan to make the region integrated logistics bonded by train, and the plan had been asked by the government when it will be implemented, around the middle of this year, between June and July," he told Bisnis, Tuesday (8/3).
Currently, Kyatmaja could not mention the investment value of the construction of the logistics department. He continued government through the Ministry of Economic Coordinator supports the plans of the company with two state-owned enterprises, namely PT Bhanda Ghara Mutual and PT Pos Indonesia through its subsidiary PT Pos Logistik.
Until now, lanjurnya, the company is still working on land acquisition and licensing in the care of the government one DGR MoT.
"They already support for this plan to reduce congestion and road damage. In direct mode transition is clearly streamline the road repair budget," he said.
Kyatmaja declared the construction of logistic park integrated with the railway line with the government's plan to build a railway line to the port and airport. One of the government's target was the construction of an integrated railway line to Port of Tanjung Priok
Kyatmaja also assess support from the government and PT Kereta Api Indonesia (KAI) is good enough. On February 26, 2016, Lookman Djaja held a meeting with the management of PT KAI to pursue cooperation with the regional integration of railway logistics in Karawang.
Kyatmaja explained it had a land area of ​​25 hectares of the target of 35 hectares.
READY TO JOIN
Meanwhile, Director of Operations PT Bhanda Ghara Mutual (BGR) Nofrisel said he is ready to cooperate with Lookman Djaja Land. Until now, he admits there has been no further discussion with management Lookman Djaja related to regional development KA-based bonded logistics.
"I can not say anything but, basically, we are ready to work together synergistically when aligned with the needs of the community," said Nofrisel Bisnis.
Earlier, Director of Business Solutions PT Pos Logistik Indonesia Hendry Yan Jauwena assess Kyatmaja Lookman offer land transportation master plan for a new solution, integrated logistic park that is different from similar facilities exist in the market.
According to him, PT Pos Logistik Indonesia attracted because of the location area that is very close to the railway line facilities. The plan is also in line with the company's desire to explore modes of land transport, especially the railway line.
Related land requirements, PT Pos Logistik Indonesia requires no less than 10,000 m2 m2-20.000. However, he said it is still waiting for the price of the Lookman Djaja Land.
In the middle of last month, the Coordinating Minister for Maritime Affairs and Resources Rizal Ramli has hold a trial implementation of a freight train transporting containers from Pasoso Station to PT Jakarta International Container Terminal (JICT) at the Port of Tanjung Priok.
Rizal claimed operating railway line up to the Tanjung Priok port will cut a third of the congestion and waiting times for loading and unloading in the port. So far, the construction of railway lines along 1.8 km of Pasoso to JICT has completed nearly 100% and is targeted to be operational this month.

What is Kaizen??
Kaizen, Japanese for "improvement." When used in the business sense and applied to the workplace, kaizen refers to activities that continuously improve all functions and involve all employees from the CEO to the assembly line workers. It also applies to processes, such as purchasing and logistics, that cross organizational boundaries into the supply chain.[1] It has been applied in healthcare, psychotherapy,  life-coaching, government, banking, and other industries.
Ø  Lookman kyatmadja can use the concept of kaizen 5s:

Seiri - Brief ( Sorting )
( Wasting unnecessary objects )

Seiton - Neat ( Setup )
( Set of objects neatly )

Seiso - Rehearsal ( Cleaning )
( Cleaning constantly )

Seiketsu - Rawat ( Stabilization )
( Keeping in good standard )

Shitsuke - Rajin ( habituation )
(Exercise and self-discipline with continuous improvement )

Ø  Lookman kyatmadja can use the concept of 3M
Mura is irregular ; not balanced; uneven. 
Are there things are not irregular that causes inconsistency results ? 
Delay is one of the indicators mura ( irregularity ) in terms of time .
 
Muri means overload ; unreasonable burden . 
Is there an excess burden resulting from bad working conditions ? 
For example , uneven division of tasks between employees will create a conducive working conditions 
and reduce productivity .
 
Muda means waste ; trash to throw away. Are there any waste which cause a reduction in value -added ? 
Features that are not necessary , wait times are too long , inefficient movement is an example of a waste 
of money and time needs to be removed .

Ø  Benefits of Kaizen Theory
The benefits that can be gained in the application of the theory of Kaizen can be:
1. PT. LOOKMAN DJAJA will be able to find the problem quickly.
2. PT. LOOKMAN DJAJA paying attention and emphasis in the planning stages when planning their project.
3. Supports process-oriented way of thinking.
4. PT. LOOKMAN DJAJA concentrate on issues that are more important and memdesak to diselesaikan.contohnya problem of distribution of goods or delivery of the biggest problem is the congestion therefore can solve problems PT.lookman djaja election proper transportation to the project made is ketalogistik
5. Everyone will participate in building the new system.

 Regard, Logistician :)

Minggu, 19 Juni 2016

Just In Time Management

NAMA : RIEDA ANDINI YULIANTI
NIM     : 223414016
D3 MLM 2014

Just In Time (JIT) 
adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen dan pada saat dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.

Pengertian Just In Time (JIT) / Definisi dan Konsep JIT
JIT (just-in-time) adalah suatu sistem yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi.
Tujuan strategis JIT adalah :
  1. Meningkatkan laba
  2. Memperbaiki posisi persaingan perusahaan.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :
  1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan
  2. Meningkatkan mutu
  3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah  (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat)
  4. Memperbaiki kinerja pengiriman.
JIT pemanufakturan didasarkan pada konsep :
  • Hanya memproduksi produk sejumlah yang diminta oleh konsumen (tepat  kuantitas)
  • Memproduksi produk bermutu tinggi
  • Memproduksi produk berbiaya rendah
  • Memproduksi produk berdaur waktu yang tepat
  • Mengirimkan produk pada konsumen tepat waktu
JIT pembelian  didasarkan pada konsep :
  • Hanya membeli sejumlah barang yang diperlukan untuk produksi
  • Membeli barang bermutu tinggi
  • Membeli barang berharga murah
  • Pengiriman barang yang dibeli tepat waktu
JIT mempunyai empat aspek pokok yaitu sebagai berikut :
  1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau kepuasan konsumen harus dieliminasi
  2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu menjadi lebih tinggi
  3. Selalu diupayakan penyempurnaan berkesinambungan
  4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan pemahaman terhadap aktivitas
Elemen-elemen Kunci JIT 
  1. Tingkat persediaan yang minimal
    Sistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
    • Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
    • Jumlah penanganan bahan baku
    • Jumlah persediaan yang usang.
  2. Pembenahan Tata Letak Pabrik
  3. Arus Lini
    Jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.
  4. Pengurangan Setup Time
    Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.
  5. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)
    TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi.
  6. Tenaga kerja yang fleksibel
Keuntungan dan kelemahan sistem JIT 
  • Keuntungan JIT
- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
- kertas kerja dapat lebih simple
- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
  • Kelemahan JIT
satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.

Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional

Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional
JITTRADISIONAL
  1. Sistem tarikan
  2. Persediaan tidak signifikan
  3. Basis pemasok sedikit
  4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok
  5. Pemanufakturan berstruktur seluler
  6. Karyawan berkeahlian ganda
  7. Jasa terdesentralisasi
  8. Keterlibatan karyawan tinggi
  9. Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas
        10.  Total quality control (TQC)
  1. Sistem dorongan
  2. Persediaan signifikan
  3. Basis pemasok banyak
  4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok
  5. Pemanufakturan berstruktur departemen
  6. Karyawan terspesialisasi
  7. Jasa tersentralisasi
  8. Keterlibatan karyawan rendah
  9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
        10.Acceptable quality level (AQL)


daftar pustaka
  https://id.wikipedia.org/wiki/Just_In_Time_(JIT), diakses pada tanggal 19 Juli 2016 pada pukul 19.43
  http://indraputrabintan.blogspot.co.id/2013/03/just-in-time.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2016 pada pukul 19.51

Summary of Shitsuke

Summary of SHITSUKE


A.    Konsep  Shitsuke(仕付)

Shitsuke 仕付yaitu metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar terus  menerus  melakukan  dan  ikut  serta  dalam  kegiatan  perawatan  dan  aktivitas perbaikan  serta  membuat  pekerja  terbiasa  mentaati  aturan  (rajin).  Hal  ini  dianggap sebagai komponen yang paling  sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang diharapkan melatih pengandalian diri sendiri, bukan dikendalikan manajemen (Yasuhiro, 1995:266).


Shitsuke 仕付atau rajin berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang harus dibina agar dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti, budaya antri, bersih, tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina (Kristianto, 1995:61).

  • Komitmen Shitsuke

a. Tempat Kerja

Mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaan mereka.
b. Produk
Mereka memiliki komitmen untuk mempertahankan mutu produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
c. Pelatihan

Mereka memiliki komitmen untuk melatih bawahan mereka.


Tiga aspek penting dalam penerapan konsep shitsuke 仕付

1. Sanksi

Sanksi diberikan kepada seluruh anggota perusahaan, jika melanggar atau tidak mematuhi peraturan yang terdapat di dalam 5 S.

2. PDCA (plan, do, check, action)

3. Penghargaan

Penghargaan diberikan anggota perusahaan yang paling baik menerapkan 5 S pada kegiatan produksi sehari-hari.
ü  Tujuan:
·       Partisipasi  penuh  dalam  hal  pengembangan  kebiasaan  dalam  hal mematuhi aturan di tempat kerja.
·       Melakukan komunikasi dan umpan balik secara rutin.

ü  Prinsip: Pembiasaan dan disiplin di tempat kerja.
ü  Apa nilai penting SHITSUKE?
Nilai penting dari SHITSUKE  yaitu senantiasa mengamalkan dan membina budaya kerja yang positif, dan mendisiplinkan kita ketika bekerja seharu-hari.
ü  Kegiatan-kegitannya antara lain adalah :
·       Semua melakukan cleaning dan menyediakan waktu untuk olahraga dengan rutin.
·       Kenakan alat safety dengan baik.
·       Latihan terhadap penanganan keadaan darurat (emergency).
·       Pembuatan manual 5S.
·       Pembiasaan disiplin ditempat kerja.


Logistician :)

Minggu, 27 Maret 2016

ABC Analisis dalam Manajemen Persediaan


 Pada postingan blog saya kali ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang apa itu ABC analisis yang ada di manajemen persediaan. Postingan ini sekaligus berfungsi untuk pemenuhan tugas mandiri dari mata kuliah Manajemen Persediaan. Berikut adalah beberapa penjelasannya..

ABC Analisis


“Pola distribusi pendapatan penduduk pada dasarnya sama di seluruh negara dan di sepanjang sejarah. …hanya sebagian yang sangat kecil dari penduduk memiliki sebagian besar dari pendapatan seluruh penduduk, dan sebaliknya pula, sebagian besar penduduk hanya memiliki sebagian saja dari pendapatan seluruh penduduk.” — Vilfredo Pareto, Ekonom dan Sosiolog Italia

    Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi.

    Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasi kasi barang persediaan.
    Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.

Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144–145):

    Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari  total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
    Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
    Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.
Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Sumber: Kusnadi, 2009, p. 9
Gambar 1. Kurva Analisis ABC


     Adapun langkah-langkah atau prosedur klasi kasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut:
Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang.
     Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang.
    Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.



Rujukan:
Kusnadi, E. (2009). Analisis produktivitas terhadap penyeimbangan lintasan. Unpublished undergraduate thesis, Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Sutarman. (2003). Perencanaan persediaan bahan baku dengan model backorder. Infomatek, 5(3), 141–152.
 https://eriskusnadi.wordpress.com/2009/10/03/analisis-abc/



Nama : Rieda Andini Yulianti
NIM : 223414016
D3 MLM 2014

apa itu EOQ atau Economic Order Quantity dalam Manajemen Persediaan (Inventory Management) ???

               Dalam postingan kali ini, saya akan membahas beberapa hal tentang apa tu EOQ atau Economic Order Quantity dalam cangkupan Manajemen Persediaan. Postingan ini saya buat untuk memenuhi Tugas Mandiri dari Mata Kuliah Manajemen Persediaan.
PENGERTIAN EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

               EOQ (Economic Order Quantity) adalah suatu model yang menyangkut tentang pengadaan atau persediaan bahan baku pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demikelancaran proses bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu.Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Ketidakteraturan penjadwalan akanmemberikan dampak pada biaya persediaan karena menumpuknya persediaan di gudang. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
EOQ Terdiri dari :
1.      Biaya pemesanan (Ordering Cost/ set up Cost)
Adalah semua biaya dari persiapan pemesanan sampai barang yang dipesan datang. Bersifat konstan, tidak tergantung pada jumlah barang yang dipesan. Biaya-biaya ini adalah sebagai berikut :
a.      Biaya persiapan pemesanan
b.      Biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan pemesanan
c.      Biaya saat penerimaan bahan yang dipesan
d.      Biasa penyelesaian pembayaran pemesanan

2.      Biaya Penyimpanan di Gudang (Inventory Carrying Cost), terdiri dari :
a.      Biaya Sewa Gudang
b.      Biaya Pemeliharaan Barang
c.      Biaya Asuransi Bahan
d.      Biaya Tenaga Kerja di Gudang
e.      Biaya kerusakan bahan Baku

Biaya pemesanan menghendaki yang dipesan sebesar-besarnya agar biaya pemesanan minimal sedangkan biaya penyimpanan menghendaki jumlah yang dipesan sekecil-kecilnya agar menghemat biaya penyimpanan.
Rumus EOQ :
                        EOQ =      2 x R x S
                                            P 
                                        
Rumus EOQ :
                        EOQ =      2 x R x S
                                                C

R = Kebutuhan barang dalam suatu periode tertentu missal setahun
S  = biaya pemesanan setiap kali pesan
P =  harga beli setiap unit barang
I  =  Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam prosentase dari nilai rata-rata persediaan barang yang disimpan
C = Biaya penyimpanan tiap unit barang yang disimpan (dalam rupiah)

SS = Safety Stok adalah Persediaan Pengaman
ROP = Re Order Point adalah titik dimana harus dilakukan pemesanan kembali
Lead Time (LT) atau tenggang waktu adalah waktu yang dibutuhkan sejak memesan barang sampai barang yang dipesan datang.
Contoh soal :
Perusahaan x membutuhkan bahan mentah karet sebanyak 6.400 unit/tahun ( 1 tahun = 320 hari) dengan harga Rp.50 setiap unit
Dalam rangka pembelia tersebut dibutuhkan biaya-biaya sbb:
-biaya pengiriman pesanan =Rp.10/1 kali pesan
-biaya administrasi = Rp.20/1 kali pesan
-biaya penyelesaian pemesanan Rp 20 / 1 kali pesan
-biaya penyimpanan di gudang = Rp. 1 /unit / tahun
Pertanyaan :
1.      tentukan EOQ
2.      ROP jika Procuremen Lead Time (PLT) selama 6 hari.
3.      Gambarkan grafik EOQ, ROP dan SS jika SS ditentukan 500 unit.

Jawab :
Diket :
R = 6.400 unit
S = 10 + 20 + 20 = Rp. 50
C = Rp. 1
a.
 Rumus EOQ :
                        EOQ =      2 x R x S
                                            C
                        EOQ =      2 x 6.400 x 50
                                               1
                                  = 800 unit
  1. Penggunaan selama 1 tahun = 6.400 unit
Penggunaan selama 1 hari = 6.400/320 = 20 unit
Penggunaan selama lead time = 20 x 6 = 120 unit
Safety stock = 500
ROP = PLT + SS
ROP = 120 x 500 = 620 unit
  1. Frekuensi pembelian 1 tahun =
            : 800 = 8 kali atau 320 hr/8 = 40 hari sekali.


daftar pustaka :
https://sites.google.com/site/budisn3/pengantar-bisnis/economic-order-quantity-eoq diakses pada tanggal 27 Maret 2016 pada pukul 15.20 WIB

Nama : Rieda Andini Yulianti
NIM : 223414016
D3 Manajemen Logistik 2014
STMT Trisakti Jakarta