Pada postingan blog saya kali ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang apa itu ABC analisis yang ada di manajemen persediaan. Postingan ini sekaligus berfungsi untuk pemenuhan tugas mandiri dari mata kuliah Manajemen Persediaan. Berikut adalah beberapa penjelasannya..
ABC Analisis
“Pola distribusi pendapatan penduduk pada dasarnya sama di seluruh negara dan di sepanjang sejarah. …hanya sebagian yang sangat kecil dari penduduk memiliki sebagian besar dari pendapatan seluruh penduduk, dan sebaliknya pula, sebagian besar penduduk hanya memiliki sebagian saja dari pendapatan seluruh penduduk.” — Vilfredo Pareto, Ekonom dan Sosiolog Italia
Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi.
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasi kasi barang persediaan.
Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.
Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144–145):
Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.
Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Sumber: Kusnadi, 2009, p. 9
Gambar 1. Kurva Analisis ABC
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasi kasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut:
Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang.
Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang.
Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.
Rujukan:
Kusnadi, E. (2009). Analisis produktivitas terhadap penyeimbangan lintasan. Unpublished undergraduate thesis, Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Sutarman. (2003). Perencanaan persediaan bahan baku dengan model backorder. Infomatek, 5(3), 141–152.
https://eriskusnadi.wordpress.com/2009/10/03/analisis-abc/
Nama : Rieda Andini Yulianti
NIM : 223414016
D3 MLM 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar